Color Of Woman 4
Aku mulai sadar
dan mulai memerintahkan mataku untuk segera terbuka. Pelan sekali bereaksinya
karena di luar sana begitu menyilaukan. Sedikit-demi sedikit mataku mulai
terbuka dengan normalnya. Dan, akhirnya terbuka dengan sempurna. Akan tetapi
penglihatanku masih kabur dan aku pun mengerjapkan mata satu kali bahkan sampai
lima kali baru kembali jelas.
Aku melihat seisi ruangan. Tak ada yang
berubah. Dinding bercat-kan ungu. Gorden masih berwarna putih. Tak ada yang
menunjukan tanda-tanda aku di rumah sakit. Hah, legaa. Aku sangat mengaharapkan
di sini, dan bukan di ruangan yang serba putih dan hijau. Aku melihat ke sisi
kiri ranjangku, betapa kagetnya aku, seseorang yang berada di sampingku
bukannya kak Rangga. Melainkan, Dany pacarku.
Iya, pacarku yang beberapa minggu ini aku
tinggalkan. Dan, aku tak percaya dia masih ada di sini untuk menemaniku. Dan
aku tidak percaya setelah hampir sebulan kita tidak bertemu, dia masih sudi
bertemu denganku bahkan menungguku sampai siuman. Oh, tuhan aku sama sekali
lupa dengan Dany. Aku terlalu sibuk menyendiri dan terlalu egois. Padahal di luar
sana ada Dany yang masih menungguku. Terimakasih, tuhan engkau telah
menyadarkanku bahwa aku tidak sendiri melainkan aku di kelilingi oleh banyak
orang yang telah menyayangiku apa adanya.
Ada, gerakan pelan yang di buat Dany.
Kayaknya berasal dari tanganya. Dan sepertinya dia akan bangun. Aku cepat-cepat
untuk menutup mataku kembali, dan aku mau tau responnya waktu aku sedang tidak
sadarkan diri.
Hoaaah,
cape sekali punggungku. Astaga, gue ketiduran rupanya. Untung, Rina belum
bangun. Gue harus cabut ni dari sini supaya Rina nggak kaget ngeliat gue ada di
sini menemaninnya semalaman suntuk. Tapi, gue kan kangen beraat sama dia. Masa
gue harus pergi lagi sih ? Apa, gue tungguin aja kali ya sampai dia sadar ? tapi,
pas dia ntar bangun marah-marah dan ngusir. Kan itu makin memperburuk kesehatan
dia. Yasudah mendingan gue pulang aja deh. Kestabilan dan kesehatan jiwa dan
batinnya yang terpenting saat ini, biarpun aku harus menghindar.
Mau kemana
kamu, sayang ? tinggalin aja aku nggak apa-apa kok. Kataku memotong perkataan Dany.
Hah ? kamu bangun sayang. Astaga, jangan
bilang kamu denger yang aku omongin tadi.
Yap, dengar jelas sekali. Aku nggak
bakalan setega itu ngusir kamu sayang. Aku malah seneng banget kalo kamu sudah
nemanin aku semalaman di sini. Kataku sambil mengubah posisi berbaringku
menjadi duduk.
Beneran ? nggak bohong ? astagaaaaa,
sayang kukira kamu bakalan marah besar dan nggak mau di ganggu. Aku kangen
kamuu. Kata Dany sambil memelukku dengan erat.
Iya, beneran kok. Aku nggak bakalan benci
sama kamu kali, justru sebaliknya aku juga sangat kangeeen berat sama kamu
sejak kepergian adeku.
Sudahlah, sayang. Jangan di ingat lagi.
Kalau Rossa tau pasti dia seneng banget melihat kakak tersayangnya sudah
kembali seperti dulu lagi. Tersenyum Ceria dan semangat. Sikap itulah yang di
banggakan Rossa dari kamu sayang. Aku tau itu.
Iya, aku juga berfikir. Semua itu sudah
terjadi. Dan buat apa aku sesali selama mungkin. Toh, itu nggak bisa membuat
Rossa kembali ke dunia ini kan. Kalau aku bersifat kayak gitu terus, malah
Rossa yang merasa nggak tenang di alam sana. Aku juga sudah terlalu berlebihan
menganggap ini cobaan yang sudah melebihi batas kemampuanku. Tapi, sebenernya
tidak. Aku salah besar. Karena di luar sana dan termasuk kamu banyak yang
menyayangiku dan berusaha membuatku untuk
ceria lagi. Masih banyak yang mau melihat aku tersenyum. Dan itu kalian semua.
Dan yang terjadi kemarin itu, ya memang sudah takdirnya, dan nggak akan pernah
bisa berubah. Dan, tuhan itu nggak bakal ngambil orang yang kita sayangi
sebelum datang penggantinya. Penggantinya adalah kak Rangga, Regina, dan Kamu.
Ohh, sayang. Aku bangga banget, kalau
kamu sudah bisa berpendapat seperti itu. Aku yakin Rossa di alam sana akan
tersenyum melihat kakak perempuannya sudah bangkit dari keterpurukannya.
Iya, pasti. Aku bisa merasakannya.
Karena di hatiku sudah tidak ada beban lagi.
Oh, ya gimana hari ini kita ngejengukin dan membersihkan makamnya Rossa. Pasti, dia kangen kan sama
kita.
Iya, juga ya. Selama aku mengurung diri
di kamar. Aku tidak berpikiran untuk menjenguk adikku. Yasudah, sayang mau kan kamu mengantarkanku kesana ?
Pasti, ayo kita berangkat sayang
* * *
Aku, mendengar ketukan pintu kamar berasal dari kak Rangga. Rupanya, kak Rangga berusaha
untuk membangunkanku. Aku mengerjapkan mata beberapa kali, untuk menghilangkan
rasa ngantukku. Dan mulai bangkit berdiri untuk membuka pintu dan mengatakan
aku sudah bangun dan akan bersiap-siap.
Setelah, kak Rangga memastikan aku masuk ke
kamar mandi dia lalu turun ke bawah untuk menemui Mbok Asih membantunya menyiapkan sarapan.
Setelah aku berpakaian rapi dan
menyiapkan perlengkapan sekolahku. Aku segera turun kebawah untuk bertemu My New Little Family, yaitu Kak Rangga
dan Mbok Asih. Di anak tangga terakhir aku berusaha memperlihatkan senyumanku
yang selama ini hilang, senyum yang mengungkapkan kalau aku sudah kembali ceria
seperti dulu. Dan semua itu berkat Dany kemarin, dan tentu saja kak Rangga dan
Mbok Asih.
Aku melihat wajah kak Rangga begitu juga
Mbok Asih begitu heran melihat wajahku sekarang. Seperti habis melihat hantu. Memang
ada yang salah, kalau aku tersenyum senang. Apa mau aku yang kemarin, yang
selalu sedih dan merenung ? tanyaku kepada mereka berdua.
Hah? Jangan-jangan ! jangan sampai itu
terulang ke dua kalinya. Nggak kakak cuma heran dan seneng aja bisa ngeliat kamu kek gini lagi. Ya, syukurlah kamu sudah kembali
ke Rina kakak yang dulu. Yasudah ayok sarapan Rina sayang.
* * *
Komentar
Posting Komentar