Color Of Woman 3
Sesampainya di
rumah, kak Rangga langsung menanyakan keadaanku : gimana, hari ini sekolahnya
sayang ? ada gangguan nggak tadi ? apa ada masalah ? baik-baik aja kan di
sekolah tadi de ? lancar aja kan semuanya hari ini ? itulah pertanyaan beruntun
yang keluar dari mulut kak Rangga. Dan aku hanya membalas dengan jawaban : iya,
hari ini berjalan dengan lancar kok kak. Tentunya dengan wajah yang tak
bersemangat. -____- !
Setelah aku melepaskan
penat di sofa ruang tamu. Aku lalu beranjak pergi menuju kamar. Di sana memang
mengingatkan ku kembali pada peristiwa-peristiwa itu. Apalagi ketika aku
melihat buku harian Rosa yang tergeletak di atas meja belajarku. Aku sangat
tidak tahu harus berbuat dan melakukan apa ? semuanya tampak membingungkan.
Setelah aku berganti pakaian. Aku
menuruni anak tangga menuju ruang tengah. Di tangga pertengahan sudah terlihat
mbok Asih yang repot menyiapkan makan siang. Tapi, aku kok nggak liat kak
Rangga ya ? biasanya jam segini lagi duduk di ruang tengah. Kemana ya kakak ?
Kak ? kak ? kakak dimana ? teriakku
sambil menyelesaikan anak tangga yang terakhir. Tak ada satupun yang menjawab.
Sekali lagi aku memanggil tak ada yang menjawab juga. Kira-kira kakak dimana ya
? nggak biasanya setiap ku panggil pasti kak Rangga dengan sigap menghampiriku.
Kemudian, aku bertanya sama mbok Asih. Kata mbok Asih : Nggak ada liat kakak
dari tadi di lantai bawah Cuma ada mbok saja di sini. Aku semakin heran.
Di kamar mandi ku cari nggak ada. Di
ruang tamu ku cari nggak ada juga, di taman ku cari juga nggak ada ? dimana ya
kak Rangga ? kok menghilang tiba-tiba sih ? apa dia masih di kamar ya ?
soalnya, kan mbok Asih bilang belum ada seorang pun yang turun ke bawah.
Berarti kakak masih di atas. Tapi kok tadi
kupanggil nggak dengar ? padahal kan kamar kakak dekat dengan tangga. Kenapa
nggak ada sahutan ya ?
Ku naiki lagi anak tangga dengan perasaan
bingung, dan sampai ke anak tangga yang teratas aku tak juga mendengar sesuatu
yang berisik. Dan tepat aku sampai di depan ambang pintu kamar Kak Rangga.
kemudian, memutar handle pintu aku pun terkejut. Ternyata kakak ku nggak ada juga
di kamar. Jadinya ada dimana sekarang kakak ? Aku
langsung merogoh saku celanaku untuk meraih handphone dan segera menghubungi
kak Rangga. Dimana, sih
kakak sekarang ? kataku khawatir.
Halo ? kenapa Rin ?
Halo, kak ! kakak dimana ? kok nggak ada
di rumah ? kok nggak bilang sih kalo mau pergi ?
Iya, maaf sayang. Tadi kakak ada
panggilan darurat dari dosen. Kamu makan siang deluan aja ya, kakak agak lama
di sini. Kakak lagi sibuk nah de.
Tapi, kak. Kakak tadi lewat mana ? kok
mbok Asih nggak liat kakak ? lagian kakak juga nggak nitip pesan sama mbok Asih
!
Hehe, tadi kakak mau pamit tapi sudah
mepet waktunya. Lagian pas kakak pergi mbok Asih lagi sibuk nunduk kebawah rak
dapur nyari sesuatu gitu. Yaudah kakak biarin aja. haha
Yaaah, kakak mah gitu. Kirain kakak kabur
gitu nggak sanggup ngurus Rina lagi, makanya ngilang tiba-tiba.
Huss, jangan ngomong gitu. Nggak mungkin
lah kakak setega itu sama ade kakak satu-satunya. Yaudah nanti lagi ya
telponnya. Ntar kakak sebelum jam 4 sudah ada di rumah kok. Makan gih sana Rin,
awas nggak. Kakak ntar minta laporan sama mbok Asih loh.
Yaudah, deh kak. Kalah Rina. Ya sudah
sampai nanti kak, sebelum jam 4 yaa. Dadah kakak.
Iyaa, sayang. Kata kak Rangga sambil menutup
telpon di seberang sana.
Huhh, kak Rangga ini. Bikin bingung dan tegang aja. Abis nggak ada tanda-tandannya sih.
Ya syukurlah alasannya untuk kepentingan kak Rangga. Kirain kan kak Rangga
sibuk sama pacarnya dan lebih mentingin pacar daripada aku. Aduh kayaknya mulai
lapar nih. Mending makan ah. Batinku sambil menuju ruang
makan.
* * *
2 jam sudah berlalu, menunjukan pukul 3.
Aku mulai menyalakan TV dan mulai mencari channel yang menarik. Dan akhirnya
terhenti pada satu chanel yaitu MTV hits. Aku suka sekali di sore hari
mendengarkan dan melihat video klip yang sedang di putar. Dan kebanyakan
penyanyi Hollywood semua rata-rata. Dan, 45 menit kemudian kak Rangga akhirnya tiba juga.
Mataku mengikuti arah kak Rangga bergerak
maju. Kakak berjalan dengan hati-hati dari ruang tamu hingga tepat di dapur
mengambil minuman dingin yang ada di dalam kulkas dan tentu saja untuk meminumnya.
Sepertinya di luar sangat panas. Sehingga kakak sebegitu dehidrasi-nya. Dan setelah merasa cairan tubuhnya mulai kembali
normal, kakak akhirnya berjalan menghampiriku yang berada di sofa.
Hei !
kok ngeliatin kakak aneh begitu sih ? kakak nepatin janji kan sayang sebelum jam 4 ?
hehe jawabnya sambil nyengir.
Iya deh salut kak. Kataku sambil
tersenyum tulus.
Tadi, nge-khawatirin kakak ya ? hayoo
ngaku ?
Hehe, iya sih kak sedikit. Habis kakak
sih yang salah ! pake, ngilang segala.
Iya deh, memang kakak kali ini yang
salah, yasudah sebagai gantinya kita jalan yok.
Hah ? kemana kak ? ayok ayok sudah lama
Rina nggak jalan, sehabis 3 minggu kemarin Rina mengurung diri di kamar.
Tiba-tiba, aku teringat peristiwa itu
lagi. Aku nggak tau kenapa di saat aku mau melupakan itu semua dan mau kembali ceria
seperti dulu lagi. Ada aja halangan dan kenangan yang buruk, memory itu masuk
lagi ke dalam pikiranku untuk ke sekian kalinya. Aku pun kembali merenung dan
melamun lagi.
Rin, ada apa ? kok tiba-tiba diem ? ayok,
katanya kita mau jalan ? apa mau-nya berangkat sekarang ?
Hmm, nggak jadi deh kak. Aku takut.
Apalagi pake mobil. Kapan-kapan aja ya kak.
Loh ? kenapa tiba-tiba nggak jadi ? kan,
tadi kamu yang pengen jalan banget. Kamu tadi antusias banget kan pas kakak
ajak jalan, kenapa sekarang berubah pikiran sayang ?
10 detik yang lalu memang aku kepengen
banget kak. Tapi, ingatan itu muncul lagi di kepalaku, aku jadi trauma naik
mobil kak. Kataku sambil gemetaran.
Ayolah, sayang. Sampai kapan kamu takut
terus, sampai kapan kamu mau gini terus. Mana Rina yang dulu selalu mau setiap kakak ajak jalan, selalu
senang gembira ceria, dan bahagia mana Rin ? kakak, kepingin ngeliat kamu ceria
lagi. Cuma itu aja yang kakak mau nggak lebih. Jadi, please ayo kita keluar rumah untuk sekedar jalan-jalan.
Aku berpikir sejenak. Terlintas memory
yang tidak ingin aku lihat itu. Sekali, dua kali, dan ketiga kalinya
berulang-ulang di kepalaku. Sumpah aku bukan
takut main-main, tapi ini beneran. Kakiku aja terasa bergetar dan lemah. Tak
mampu menanggung beratnya pikulan tubuhku. Aku nyaris hampir tergeletak di
lantai dan jatuh pingsan. Kalau saja kak Rangga tak sigap menangkapku. a.aku.u
ngga.k bi.sa kak. a.ku ta.kuu.t ! itu saja kata yang mampu aku keluarkan.
Sungguh hari ini hari yang terberat untukku.
* * *
Komentar
Posting Komentar