Color Of Woman 2



Untungnya, aku mempunyai kakak laki-lakiku yang sangat menyayangiku dan sangat melindungiku. Aku sangat beruntung masih punya orang yang di sayangi seperti Kak Rangga.

*  *  *

       Tiga minggu sudah aku mengurung diri di kamar. Dan tak ingin bertemu siapa-siapa. Bahkan selama seminggu hanya 3 kali makan itu pun sedikit. Dan tentu saja berat badanku berkurang derastis. Senin, ini aku mulai berangkat sekolah lagi. Ini, bukan kemauanku sendiri melainkan kemauannya Kak Rangga. Aku juga nggak tega ngeliat Kak Rangga setiap hari tidak kuliah hanya karna repot mengurusi ku di rumah. Jadi, aku sekolah ini hanya demi Kak Rangga saja. Nggak lebih.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarku. Aku berjalan lambat seperti orang yang tidak mempunyai harapan hidup. Dan ketika tepat di depan ambang pintu aku memutar anak kunci dan membuka pintu tersebut. Ternyata Kak Rangga. Dia masuk lalu mengiringku ke arah tempat tidur, dan menyuruhku duduk di atas sana.

Rina, sayang sudah lengkap semua peralatan sekolahmu ? Tanya Kak Rangga membuka pembicaraan.
Aku membalasnya dengan anggukan saja.
Nah, bagus kalau gitu. Kita berangkat sekarang ya ?
Satu anggukan lagi, untuk menerjemahkan kata “ iya “ !
Suasana hatiku hari ini kurang nyaman. Apa mungkin ada sesuatu ? hari itu aku berangkat dengan hati yang tak biasa.
*  *  *
       Hari ini hari dimana aku menampakan diriku lagi di sekolah. Hari dimana aku mau membuka halaman baru lagi sesudah bencana yang kemarin aku lalui. Hari dimana aku harus melupakan semuanya dan memulai kehidupan yang baru bersama Kak Rangga. Hanya Kak Rangga. Bulan ini bulan yang terberat untukku. Hari dimana tanpa ada keluarga yang mendampingi, tanpa keluarga di sisi. Dan tanpa adik yang menemani. Hidupku serasa hampa dan kosong kalau tidak ada Rossa adikku tersayang.
       Kak Rangga mengantarkanku sampai tepat di pintu gerbang. Seperti biasa aku selalu pamitan dan mencium tangan Kak Rangga sebelum masuk ke dalam halaman sekolah.  Aku berjalan dengan lambat dan hati-hati. Nggak tau kenapa aku teringat  ( LAGI ) moment hari itu di mana semuanya menjadi kacau. Aku refleks menggelengkan kepala sambil memukul-mukul kepalaku, supaya besitan ingatan itu hilang, dan berusaha untuk mengingat kejadian yang lain, ya tentu saja kejadian yang menyenangkan. Setelah itu aku langsung mempercepat langkahku untuk segera mencapai kelas.  
       Sebelumnya aku sangat tidak bersemangat untuk pergi ke sekolah, tapi nggak tau kenapa aku sangat tidak enak kepada Kak Rangga yang sudah mengkhawatirkanku.  Jadi aku berusaha sebisanya untuk menghargai Kak Rangga ya se-enggaknya di sekolah nggak murung lah. Daripada, Kak Rangga semakin khawatir dan ngggak bisa berbuat apa-apa untuk mengubahku ceria lagi. Aku, jadi ada satu kepercayaan untuk mengubah hari-hariku yang sehari-harinya suram berubah lebih sedikit ceria. Yah, walaupun sebenernya aku nggak mau. Aku masih belum rela untuk kepergian adikku yang kumiliki satu-satunya. Aku nggak segampang itu untuk melepaskan kepergian Rossa. Kalau aku tidak mengingat kak Rangga aku pasti sudah stress dan nggak mau berbaur dengan orang lagi. Soalnya kak Rangga juga begitu berperan penting dalam hidupku sama juga seperti adikku Rossa. Jadi, intinya aku sangat menyayangi kedua saudaraku itu.
       Siangnya, waktu istirahat telah tiba. Teman-temannku sudah mulai berbaur dengan ku seperti biasa lagi. Dan sebagian ada yang menghiburku supaya bangkit dari kemurungan beberapa minggu yang lalu itu. Dari seluruh temanku aku tahu mereka berusaha untuk tidak mengungkit masalah yang terjadi beberapa minggu yang lalu, dan sebisa mungkin untuk tidak membuat aku sedih. Ya, semua temanku bahkan seluruh pihak sekolah sudah tahu bencana yang menimpa keluargaku. Jadi mereka berusaha menghiburku supaya aku tidak mengingat peristiwa yang kemarin telah terjadi dan membuat aku mengurung diri di kamar berhari-hari. Bahkan Regina sahabatku saja tidak berhasil membujukku untuk keluar dari kamar. Dan sampai dia menyerah dan berpikiran “ mungkin Rina butuh waktu sendiri dulu, walaupun waktunya agak lama.” Jadi, dia bersabar sampai aku mau pergi ke sekolah.
       Dari kejauhan aku melihat seseorang yang lari terbirit-birit dari koridor sampai menuju pintu kantin. Aku melihatnya memanjangkan leher celingak-celinguk mencari seseorang. Dan aku sudah tau pasti yang di cari orang itu siapa. Dan dugaanku benar ketika sorot matanya melihat ke arahku dengan sigap lagi dia menghampiri meja dimana aku duduk.
       Hei, rin ! alhamdulilah, lo akhirnya turun sekolah juga. gue bosan tau kalau setiap hari di sekolah nggak ada sahabat tercinta gue ini. Akhirnya ada juga lo nonggol hari ini. Yaa, seengaknya lo nggak ngurung diri di kamar lagi lah.
       Iyaa, gue juga mikirin lo kok. Kalo nggak ada gue kan lo nggak bisa apa-apa. Sudahlah nggak usah bahas omongan lo yang terakhir itu. Syukur-syukur gue ada di sini hari ini. Kalau nggak kan bisa aja gue nyusul ade gue ke alam sana. Supaya gue nggak merasa sakit lagi hidup di dunia.
       Regina, sontak terdiam membeku. Dia sadar kalau dia tadi memang sudah salah bicara. Niatnya untuk menghibur. Tapi dia salah menggunakan kata-kata yang menghubungkan dengan peristiwa kemarin. Bodoh gue bodoh kenapa bisa gue ngomong ke topik itu sih. Gue keceplosan aja, gara-gara gue terlalu seneng banget Rina sudah turun sekolah seperti biasanya. Beberapa menit kemudian Regina tersadar, dan dengan cepat menjawab.
       Huusss ! jangan ngomong kek gitu, Rossa pasti sedih dengernya begitu juga gue ! yaudahlah, nggak usah bahas itu lagi, mendingan kita makan aja yuk, hari ini gue teraktir hitung-hitung ucapan selamat datang kembali. Rina hanya terdiam dan menggangguk pelan dan mengikuti langkahnya Regina ke konter kantin dan membeli makanan favoritenya seperti biasa.
       Pelajaran demi pelajaran sepertinya masih belum bisa untuk masuk ke otak Rina seperti dulu. Dulu Rina anak yang ceria dan anak yang tergolong pintar dan akrab kepada semua orang. Tapi, gara-gara sebuah musibah yang melanda keluarga dia, dia jadi pendiam menyendiri dan tidak mau bergaul dengan banyak orang lagi.  Di istirahat pertama dia ke kantin hanya untuk membeli roti atau sekedar beli syomay, dan di istirahat kedua dia lebih menginginkan menenggelamkan diri di deretan rak penuh dengan buku, yaitu perpustakaan. Tapi menurutku dia lebih baik menenggelamkan diri ke buku, daripada melamun nggak jelas seharian di kamar dan tak ada apa-apa yang di lakukannya selain teringat moment itu kembali.


*  *  *
       Hari, ini sudah selesai masa membosankan Rina di sekolah. Tapi lebih membosankan lagi bila di rumah. Tetapi, tiba-tiba dia teringat (lagi) oleh kak Rangga. Dan dia langsung bersemangat kembali seperti biasa, ya paling tidak ada secercah muncul harapan dari sudut bibirnya yang menandakan dia mau tersenyum walaupun gara-gara kakak laki-lakinya itu. Tapi itu pun sudah kemajuan yang sangat besar untuk seorang anak remaja yang mengalami trauma mendalam yang tidak menenangkan jiwa dan batinnya itu.
       Dia menunggu kak Rangga seperti biasa di depan gerbang di dekat pos satpam. 5 menit sudah berlalu, 10 menit sudah berlalu kak rangga belum datang juga, dan akhirnya 15 menit berlalu akhirnya kak Rangga datang juga untuk menjemputku. Aku sempat kecewa dengan keterlambatannya kak Rangga, tapi melihat kak Rangga datang dengan senyuman hangat dan wajah yang bersinar, di urungkannya lagi niatnya Rina untuk mengomel panjang lebar kepada kakak laki-lakinya itu.
       Aku berusaha untuk membuat kakak Rangga bahagia, dan dia tidak kerepotan mengurus aku seorang diri di rumah, meskipun masih ada Mbok Asih. Tapi dia sekarang kepala keluarga di rumah. Ya, sekarang anggota di rumah Cuma tiga orang saja. Tak ada lagi yang namanya papa dan mama apalagi Rossa. Papa sudah menyerahkan rumah ini berserta isi-nya kepada kak Rangga dan nama hak milik pun sudah diganti dengan nama kak Rangga. Dan, sudah pasti papa menyuruh kak Rangga untuk mengurusku dan menjagaku, dan papa sekarang tinggal dengan pacar barunya. Begitu juga mama dia sudah menikah lagi dan tinggal di rumah suaminya yang baru. Yaah, sudahlah yang penting kak Rangga masih setia menemaniku di saat aku terpuruk tak berdaya. Dan aku mengahargai itu, karena cuman kak Rangga yang ku miliki sekarang. :)
*  *  *

Komentar

Postingan Populer